Biadab! Perampok Sikat Harta & Perkosa Ibu Guru...

Kutai - Seorang ibu guru di Kutai Kartanegara, Kaltim dirampok dan diperkosa 5 pelaku di rumahnya. Saat Baca Lagi ...

Perkosa & Bunuh Bocah 3 Tahun, Pria India Dihukum...

New Delhi, - Seorang pria berusia 56 tahun divonis mati oleh pengadilan India karena memperkosa dan Baca Lagi ...

Check In Bareng Dua ABG, Ketua RT Ditemukan Tewas...

JAKARTA - Jajat Sudrajat (48), ditemukan tak bernyawa di Hotel Rio, Jl. Jatinegara Timur 2 No. 7, Baca Lagi ...

Inilah Pesaing Terberat Indonesia di ajang Pemilihan...

JAKARTA - Inilah Ji Dan Xu, 22, wanita cantik bermata rada sipit asal China yang disebut-sebut bakal jadi Baca Lagi ...

Lebih Dari 100 Makam Dirampok, Jasadnya Digunakan...

Porto-Novo - Lebih dari 100 makam di sebuah kompleks kuburan di Benin, Afrika Barat dibongkar dan dirampok Baca Lagi ...

Khadafi Kais Makanan dari Rumah Kosong, Habiskan Waktu Mengaji

Senin, 24 Oktober 2011 03:59

Khadafi Kais Makanan dari Rumah Kosong untuk Bertahan

MISRATA - Setelah menjalani 42 tahun hidup sebagai diktator di Libya, Kolonel Moammar Khadafi menjalani hari-hari terakhir hidupnya dengan sengsara.

Bersembunyi di kota kelahirannya, Sirte, pria 69 tahun itu hidup dengan beras dan pasta yang dikais para pengawalnya dari rumah-rumah yang sudah ditinggalkan penghuninya. Ke rumah-rumah itu pula Khadafi bersembunyi secara berganti-ganti.

Begitulah pengakuan seorang pejabat keamanan senior Khadafi yang tertangkap kepada New York Times, Sabtu (22/10/2011). Pejabat itu adalah Mansour Dhao Ibrahim, komandan unit Pengawal Rakyat. Unit yang amat ditakuti ini merupakan jaringan relawan dan informan yang setia pada Khadafi.

Menurut Ibrahim, ketika hidup dalam kepungan musuh-musuhnya dan harus selalu berpindah, Khadafi mulai tidak sabar. “Dia suka bilang, ‘Kenapa tak ada air, kenapa tak ada listrik,” kata Ibrahim.

Ibrahim yang selalu berada di dekat Khadafi selama dalam pengepungan mengatakan, ia dan pengawal lain kerap menyarankan kepada Khadafi untuk menyerahkan kekuasaan dan meninggalkan Libya. Namun
Khadafi dan salah satu anaknya, Mutassim yang akhirnya juga tewas, tak pernah menggubris.

Ibrahim yang juga sepupu Khadafi ini diduga kuat terlibat dalam pembantaian demonstran di kawasan Tajura, Tripoli. Ia juga diduga masih menyimpan senjata dan tahanan di pertaniannya tak jauh dari Tripoli.

Khadafi Banyak Habiskan Waktu Mengaji di Persembunyian

MISRATA - Hari-hari terakhir mantan pemimpin Libya, Moammar Khadafi, dilalui dengan segala keterbatasan dan ancaman bom para pemberontak yang mengepungnya.

Dalam pengakuannya kepada New York Times, komandan Pengawal Rakyat, Mansour Dhao Ibrahim, Sabtu (22/10/2011), mengatakan, pemimpin berusia 69 tahun itu kabur dari Tripoli pada 21 Agustus, tepat saat ibu kota Libya itu jatuh ke tangan pemberontak.

Dengan rombongan kecil yang berjumlah 10 orang, Khadafi lari menuju Surt. Mereka melewati Tarhuna dan Bani Walid, dua benteng pertahanan Khadafi yang dianggap sangat kuat. “Dia sangat takut pada NATO,” kata Ibrahim yang bergabung dengan Khadafi sepekan kemudian.

Tinggal di Surt merupakan keputusan Mutassim, salah satu anak Khadafi, dengan alasan, kota yang selama ini dikenal sebagai basis pendukung Khadafi dan sudah dibombardir NATO adalah tempat terakhir yang akan diubek-ubek pemberontak.

Mutassim yang berangkat ke Surt dalam rombongan terpisah dari ayahnya, khawatir telepon satelitnya telah dilacak.

Di luar telepon satelit yang kerap digunakan sang kolonel untuk memberikan pernyataan melalui televisi nasional, Khadafi benar-benar terputus dari dunia luar. Ia tidak punya laptop yang terhubung dengan internet. Bahkan ia lebih sering hidup tanpa listrik. Menurut Ibrahim, Khadafi banyak menghabiskan waktunya membaca Alquran.

Selama beberapa pekan, para pemberontak menembakkan mortir secara sembarang ke wilayah kota. Mereka berharap ada peluru yang benar-benar mengenai sasaran, atau syukur-syukur menghantam Khadafi. “Di mana-mana terjadi penembakan mortir secara acak,” kata Ibrahim.

Dalam salah satu insiden, mortir-mortir itu berhasil mengenai tiga pengawal Khadafi. Tak hanya itu, juru masak Khadafi yang selama ini selalu ikut kemanapun mereka kabur, juga terluka. “Setelah itu semua orang mendapat giliran tugas memasak,” kata Ibrahim.


sumber : tribun

Berita Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar