Biadab! Perampok Sikat Harta & Perkosa Ibu Guru...

Kutai - Seorang ibu guru di Kutai Kartanegara, Kaltim dirampok dan diperkosa 5 pelaku di rumahnya. Saat Baca Lagi ...

Perkosa & Bunuh Bocah 3 Tahun, Pria India Dihukum...

New Delhi, - Seorang pria berusia 56 tahun divonis mati oleh pengadilan India karena memperkosa dan Baca Lagi ...

Check In Bareng Dua ABG, Ketua RT Ditemukan Tewas...

JAKARTA - Jajat Sudrajat (48), ditemukan tak bernyawa di Hotel Rio, Jl. Jatinegara Timur 2 No. 7, Baca Lagi ...

Inilah Pesaing Terberat Indonesia di ajang Pemilihan...

JAKARTA - Inilah Ji Dan Xu, 22, wanita cantik bermata rada sipit asal China yang disebut-sebut bakal jadi Baca Lagi ...

Lebih Dari 100 Makam Dirampok, Jasadnya Digunakan...

Porto-Novo - Lebih dari 100 makam di sebuah kompleks kuburan di Benin, Afrika Barat dibongkar dan dirampok Baca Lagi ...

Kehilangan 2 Kaki Saat Bom Marriott, Max Boon Cari Calon Teroris

Minggu, 06/11/2011 13:09

Jakarta - Bom di Hotel JW Marriott Jakarta pada 2009 lalu menyisakan derita mendalam di diri Max Boon. Bagaimana tidak, dia kehilangan dua kaki, mengalami luka bakar 60 persen dan kerusakan pada gendang telinga. 2 Tahun pasca serangan itu, Boon akan mencari para calon teroris.

Seperti dilaporkan Radio Nederland Wereldomroep berbahasa Indonesia pada 4 November 2011, Boon dalam waktu dekat ini akan memulai proyek pencarian calon teroris di Indonesia. Selanjutnya para calon teroris itu akan dipertemukan dengan korban teror. Boon berharap, dengan langkah tersebut, dia dapat berkontribusi memperbaiki dunia.

Pria 39 tahun itu berharap, kegiatan itu dapat dimulai pada pergantian tahun nanti. Bagaimanapun, kegiatan tersebut baru akan dilakukan jika Boon menyelesaikan proses revalidasi di Pusat Revalidasi Militer, di Doorn, Belanda. Revalidasi adalah upaya membuat penderita pulih lagi baik dari aspek medis maupun sosial.

Untuk menjalankan kagiatan tersebut, Boon bekerja sama dengan The International Centre for Counter-Terrorism (ICCT) di Den Haag. "Tujuannya, mempertemukan calon teroris potensial dengan korban serangan teror. Kami berupaya meyakinkan calon teroris potensial, bahwa dengan jalan kekerasan, mereka tidak akan mencapai cita-cita yang mereka idamkan. Bahwa tindakan seperti itu hanya akan membuat sengsara orang
lain. Padahal, orang lain tersebut, ternyata dalam banyak hal, manusia seperti mereka juga," tutur Boon.

Nantinya seorang korban terorisme, seorang teroris yang sudah berubah pikiran dan seorang pemuka agama akan diajak ke daerah yang dianggap rawan pengaruh gerakan teror. Satu per satu akan diminta menceritakan pengalamannya masing-masing.

Boon yang pernah menjadi seorang konsultan di Indonesia ini akan menyusun database korban teror sebagai langkah awal kegiatan. Kemudian dipilih orang-orang yang mampu menceritakan pengalamannya dengan baik dan meyakinkan. Bimbingan dan bantuan psikolog akan dilibatkan dalam kegiatan itu mengingat keterlibatan mereka dalam kegiatan ini bukanlah pekerjaan mudah.

Korban terorisme yang akan diajak bekerja sama diutamakan orang Indonesia. Pertimbangannya, bagi calon teroris yang berasal dari Indonesia, kisah korban yang sama-sama orang Indonesia akan lebih menyentuh, ketimbang korban yang berasal dari negara lain.

Dia mendapat informasi beberapa orang yang pernah terlibat aksi teror telah insyaf. Bahkan beberapa dari mereka bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dan terlibat dalam kegiatan deradikalisasi.

"Korban, mantan teroris, dan pemuka agama berkunjung ke tempat-tempat yag dianggap rawan dan lahan subur bagi perekrutan tenaga pelaksana radikalisme kekerasan. Misalnya, madrasah, sekolah agama atau pesantren. Tapi juga sekolah umum biasa, atau organisasi lokal," ujar Boon memaparkan rencananya.

Kemudian, anggota rombongan akan menceritakan pengalaman mereka masing-masing. Pemuka agama yang hadir nantinya diminta memimpin diskusi yang berkaitan dengan teologi.

"Dengan demikian, orang-orang yang cenderung mudah terpengaruh oleh berbagai pemikiran radikal, akan berhadapan langsung dengan dampak pemikiran abstrak mengenai serangan. Bahwa ledakan bom membuat orang sengsara, dan menyebar kebencian," sambungnya.

Yang menjadi sasaran 'buruan' Boon adalah orang-orang seperti pelaku pengeboman di Hotel Marriott. Dia mengindikasi, pelakunya adalah remaja yang rentan dipengaruhi dan berasal dari lingkungan keluarga serba kekurangan.

Remaja seperti itu kemudian bertemu dengan orang yang mencuci otak mereka dan membujuknya untuk melakukan teror. "Remaja putra atau putri seperti itu menghadapi masa depan yang sama sekali tidak jelas. Dengan demikian, mereka gampang dipengaruhi oleh orang-orang dengan pemikiran penuh tindak kekerasan. Kami berharap bisa menemui remaja seperti itu, dan menyelamatkan mereka, dari nasib seperti yang dialami oleh pelaku serangan di hotel tempat saya menginap," papar Boon.

Rencananya, proyek ini akan digarap selama setahun. Sebagian dana yang dibutuhkan disediakan pemerintah Indonesia, sehingga harus dicari sponsor untuk menalangi sisa dana yang dibutuhkan. Selanjutnya, akan dibangun LSM yang akan meneruskan kegiatan itu.

Bom di Hotel Ritz Carlton dan JW Mariott meledak pada 17 Juli 2009. 9 Orang tewas dan tak kurang dari 50 orang mengalami luka-luka.


sumber : detik

Berita Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar