Sabtu, 12/05/2012 15:19
Pilot Sukhoi Superjet 100 Merupakan Pilot Penguji Terbaik Rusia
Alexander Yablontsev |
Namun mantan kepala Sukhoi, Mikhail Pogosyan menegaskan, masih terlalu dini untuk menyebut kesalahan pilot sebagai penyebab kecelakaan tragis itu.
Pogosyan pun menyebut Alexander Yablontsev, pilot Sukhoi nahas tersebut, sebagai pilot penguji terbaik Rusia.
"Alexander Yablontsev adalah pilot penguji terbaik kami. Dia ikut serta dalam siklus penuh mulai sejak desain jet hingga sertifikasinya," kata kepala United Aircraft Corporation (UAC) Rusia tersebut seperti dilansir
kantor berita Rusia, Ria Novosti, Sabtu (12/5/2012).
kantor berita Rusia, Ria Novosti, Sabtu (12/5/2012).
Ditegaskannya, penyebab tragedi ini baru akan bisa dipastikan setelah proses pembacaan data informasi dari kotak hitam pesawat yang berisi rekaman data penerbangan.
"Sekarang ada kesempatan nyata untuk mempelajari lokasi kecelakaan.... Pakar-pakar kami bekerja sama dengan pakar-pakar Indonesia," tutur Pogosyan dalam wawancara dengan saluran Russia 24.
Hal yang sama disampaikan Presiden Pesawat Sipil Sukhoi Vladimir Prisyazhnyuk. Menurutnya, terlalu dini untuk menyebutkan apa yang menyebabkan jatuhnya pesawat.
"Kami belum melakukan pemodelan apapun di perusahaan kami dan belum menarik kesimpulan apapun. Kami akan melakukan hal ini ketika komisi resmi sudah siap dan ketika kami telah mendapatkan data penerbangan," tandasnya.
Seperti diketahui, pesawat Sukhoi Superjet 100 melakukan joy flight dari Bandara Halim Perdana Kusuma dalam rangka promosi kepada konsumennya. Setelah berhasil pada penerbangan pertama, pesawat yang mengangkut penumpang dari berbagai kalangan termasuk lima wartawan itu, hilang kontak dan ditemukan di kawasan gunung Salak pada Kamis (10/5/) pagi oleh tim SAR.
Terbangkan 221 Jenis Pesawat, Pilot Sukhoi Miliki 14 Ribu Jam Terbang
Moskow, Alexander Yablontsev, pilot Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di kawasan Gunung Salak, memang baru pertama kali terbang di wilayah Indonesia. Namun di negaranya, Rusia, dia dikenal sebagai pilot senior yang telah malang-melintang membawa berbagai jenis pesawat.
Tidak tanggung-tanggung, pilot berpengalaman kelahiran Warsawa, Polandia itu telah menerbangkan 221 jenis pesawat. Pria kelahiran 3 April 1955 itu juga telah mengantungi lebih dari 14 ribu jam terbang. Demikian seperti diberitakan International Herald Tribune, Sabtu (12/5/2012).
Riwayat pendidikannya, Yablontsev lulus dari Higher Military Pilot School, Armavir pada tahun 1976. Pada tahun 1985, Yablontsev menyelesaikan pendidikannya di Soviet Air Force Test Pilot School di Akhtubinsk. Masih di tahun yang sama, Yablontsev lulus dari Moscow Aviation Institute.
Pada tahun 1989, Yablontsev menyelesaikan serangkaian pendidikan di Sekolah Pilot Penguji Angkatan Udara Uni Soviet atau Soviet Air Force Test Pilot School.
Yablontsev juga tercatat pernah mengikuti pelatihan di tim kosmonaut alias penerbang pesawat ulang-alik pada Maret 1989-April 1991. Selama tujuh tahun yakni tahun 1989-1996, dia bergabung dalam korps kosmonaut. Namun dia belum pernah menerbangkan pesawat ke luar angkasa.
Pada tahun 1997, Yablontsev pensiun dari kedinasan militer dengan pangkat terakhir Letnan Kolonel Angkatan Udara Rusia. Maka sejak 1998, dia menjadi pilot untuk maskapai Transaero-Airline. Pekerjaan itu dijalaninya hingga 1999. Yablontsev juga menjadi pilot untuk maskapai Transevropskiye Aviliniy Airline. Selanjutnya, Yablontsev bergabung ke Sukhoi sebagai pilot penguji pesawat komersial.
Sebelum membawa Sukhoi Superjet 100 ke Indonesia, Yablontsev telah terlebih dulu menerbangkan pesawat komersial terbaru Rusia itu ke Kazakhstan, Pakistan dan Myanmar untuk melakukan demo penerbangan. Demo penerbangan di ketiga negara tersebut berlangsung sukses. Namun rupanya, takdir berkata lain di Indonesia.
Pilot Internasional Anggap Indonesia Wilayah Neraka
Jakarta - Banyak pihak yang mengaitkan kecelakaan Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Rabu (9/5) silam dengan sinyal telepon seluler yang mengganggu komunikasi pilot dengan Air Traffic Control (ATC). Diketahui, beberapa penumpang pesawat naas tersebut masih mengaktifkan ponselnya, karena masih dapat dihubungi.
Lalu bagaimana pilot-pilot mengomentari hal tersebut? Jeffry Adrian, salah seorang pilot senior maskapai Garuda Indonesia dan juga pilot akrobatik mengungkapkan hal ini dalam diskusi "Polemik: Tragedi Penerbangan Lagi" di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (12/5/2012).
"Indonesia terkenal dengan wilayah Blind Spot. Saat masuk ke Indonesia, pilot asing bilang ini masuk neraka. Ketika masuk ke blind spot, semua komunikasi blank," terangnya.
Jeffry juga menambahkan, frekuensi radio dan ponsel sangat mengganggu para pilot.
"Saya pernah dengar lagu dangdut, lagu jazz. Lalu pembicaraan orang ke orang. Malah, saya pernah dengar phone sex," tambahnya.
Namun masalah sinyal menurutnya bukan jadi permasalahan utama bagi para pilot. Pilot harus siap dalam kondisi terekstrim, sehingga tidak bisa menyalahkan keadaan yang demikian.
Di samping itu, pengamat penerbangan yang juga eks CEO Pelita Air, Samudera Sukardi, menyatakan bahwa aturan sinyal ponsel mengikuti aturan penerbangan internasional. Namun, sebetulnya hal tersebut tidak terlalu berpengaruh di Indonesia.
"Di Amerika Serikat, kaitannya kalau frekuensi sama dengan pilot, maka itu bahaya. Itu berkaitan dgn terorisme. Bisa saja mereka melakukan pembajakan melalui ponsel," ungkapnya.
Menanti Black Box Sukhoi yang Menguak Misteri
Jakarta - Walau belum menjadi prioritas Tim SAR saat ini, penemuan black box juga punya arti sangat penting. Dengan demikian bisa diketahui apa penyebab pesawat Sukhoi Superjet 100 yang menabrak tebing di Gunung Salak itu.
Menteri Perhubungan EE Mangindaan belum bisa memastikan tim di lapangan bisa menemukan kotak yang aslinya berwarna oranye itu. Namun Mangindaan mengusahakan supaya black box bisa ditemukan secepatnya.
"Saya tidak bisa pastikan (hari ini-red), tapi saya usahakan," tuturnya di Lanud Halim Perdanakusumah sebelum naik helikopter meninjau lokasi jatuhnya pesawat, Jakarta Timur, Sabtu (12/5/2012).
Mangindaan belum memberikan kepastian soal kepastian penemuan black box. Dia meminta semua pihak bersabar.
"Belum, berita resminya sabar saja, sampai ada berita resmi," jelasnya.
Black box adalah sebuah perangkat yang wajib ada di semua pesawat. Di dalam black box terdapat flight data recorder (FDR) berisi informasi kondisi pesawat terakhir seperti kecepatan, ketinggian, posisi pesawat, dan sebagainya, serta cockpit voice recorder (CVR) yang isinya percakapan di kokpit pesawat.
sumber : detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar