Sabtu, 15/12/2012 16:09
Adam Lanza, Si Pemalu Pelaku Penembakan Brutal SD Sandy Hook
Adam Lanza Pelaku penembakan (atas) , dan Anak-anak dibawa keluar sekolah oleh guru dengan mata terpejam |
Adam Lanza nama pemuda tersebut. Seperti dilansir New York Daily News, Sabtu (15/12/2012), keluarga dan kerabatnya mengenal Adam sebagai anak dengan karakter yang tidak biasa.
Salah
seorang anggota keluarga Lanza menyebut Adam menderita sindrom Asperger
atau semacam gangguan perilaku. Sejak kecil, Adam selalu bermasalah dan
terlihat kikuk jika harus berinteraksi atau bersosialisasi dengan orang
lain.
"Dia merupakan anak dengan banyak gangguan. Dia memiliki
sejumlah masalah besar," tutur seorang anggota keluarga yang enggan
disebut namanya tersebut.
Kendati demikian, Adam diketahui sangat
cerdas semasa sekolah. Hal ini juga diakui oleh bekas teman sekolah
Adam. "Dia sangat cerdas. Dia seperti salah satu anak jenius komputer,"
imbuh anggota keluarga
tersebut.
tersebut.
Hal tak jauh berbeda juga
diungkapkan oleh kerabat keluarga Lanza di Newtown. Oleh tetangganya,
Adam bahkan dikenal sangat jarang berinteraksi. Seorang kerabat keluarga
Adam, Barbara Frey mengaku dirinya sering melihat Adam seperti sedang
tertekan.
"Dia tidak pernah berhubungan dengan anak lain," ucapnya.
Tidak
hanya itu saja, kerabat lama keluarga Lanza juga menyebutkan bahwa Adam
mengalami kondisi dimana dirinya tidak bisa merasakan sakit yang
dialaminya. "Beberapa tahun lalu, dia ikut dalam tim baseball, semua
orang memintanya berhati agar dia tidak terjatuh karena dia akan terluka
tapi tidak merasakannya sama sekali. Adam memiliki banyak masalah
mental," tuturnya.
Saking pemalunya, polisi bahkan tidak bisa
menemukan catatan apapun mengenai Adam baik di jejaring sosial maupun
internet. Bahkan, Adam diketahui tidak muncul dalam foto buku tahunan
saat kelulusan sekolah menengah pada tahun 2010 lalu. Dalam halaman yang
seharusnya berisi fotonya, terlihat kosong dan tertulis "camera shy".
Otoritas
setempat mengungkapkan, Adam memilih SD Sandy Hook sebagai lokasi
karena sang ibu, Nancy, pernah bekerja di sekolah tersebut sebagai
seorang relawan. Pada Jumat (14/12) pagi, Adam memulai harinya dengan
menembak mati ibunya sendiri di bagian wajah.
Kemudian dia
membawa mobilnya ke SD Sandy Hook sembari membawa serta 2 pistol tangan
dan sebuah senapan semi-otomatis. Di sana, Adam pun melepas tembakan
secara membabi buta ke dalam sebuah ruang kelas yang berisi anak-anak
yang sedang mengikuti pelajaran Bahasa Inggris. Usai beraksi, Adam pun
mengarahkan pistolnya ke dirinya sendiri. Total 27 orang tewas dalam
aksi brutal ini, dimana 20 diantaranya merupakan anak-anak.
Penembakan SD Sandy Hook, Anak-anak Korban Selamat Ceritakan Adegan Horor
Connecticut - Dengan keji, Adam Lanza menghabisi nyawa
20 anak-anak yang sedang belajar di SD Sandy Hook, Connecticut, Amerika
Serikat (AS). Anak-anak lainnya yang berada di sekolah yang sama saat
kejadian, pun menjadi saksi mata atas kekejian pemuda berusia 20 tahun
tersebut.
Anak-anak yang bersekolah di SD Sandy Hook rata-rata berusia 5-10 tahun. Bagi anak-anak dengan usia tersebut, aksi penembakan semacam itu tentu menimbulkan trauma mendalam.
Seperti dilansir news.com.au, Sabtu (15/12/2012), anak-anak korban selamat menceritakan pengalaman mengerikan mereka. Vanessa Bajraliu yang berusia 9 tahun dan duduk di kelas 4 SD mengaku mendengar suara tembakan dari kelasnya.
"Saya melihat ada polisi - banyak sekali polisi di lorong sekolah dengan membawa senjata. Polisi membawa kami keluar sekolah. Kami diminta saling bergandengan tangan dan menutup mata kami. Kami baru membuka mata ketika sudah ada di luar," tutur Vanessa.
Kakak laki-laki Vanessa, Mergim Bajraliu (17) yang kebetulan bersekolah di SMA Newtown yang tidak jauh dari SD Sandy Hook, juga mengaku mendengar tembakan. Mergim langsung bergegas ke sekolah adiknya dan dia pun melihat seorang siswa perempuan digotong keluar dengan kondisi luka parah. Seorang anak lainnya bahkan berdarah di bagian wajah.
Mergim langsung mencari adiknya dan membawa pulang sang adik dari lokasi.
Alexis Wasik (8) yang duduk di kelas 3 SD, menuturkan polisi memeriksa seluruh orang yang ada di dalam sekolah sebelum membawa mereka keluar. "Kami harus berjalan bersama-sama," terang gadis kecil ini.
Sedangkan Brendan Murray (9) yang juga duduk di kelas 4 SD, mengakui dirinya bersama di ruang olahraga bersama dengan seluruh teman sekelasnya dan sang guru. Dia mengaku mendengar banyak suara tembakan. Menurut Murray, sang guru memasukkan murid-muridnya ke dalam sebuah gudang kecil dan mereka bersembunyi di sana selama 15 sebelum polisi menemukan mereka dan meminta mereka keluar gedung.
"Banyak yang menangis," ucapnya.
Seorang murid laki-laki lainnya menceritakan bagaimana dirinya nyaris terkena peluru sebelum sang guru menariknya ke dalam ruang kelas. "Suaranya seperti orang sedang menendang pintu," ucap si anak menjelaskan suara tembakan yang didengarnya.
Tidak jauh berbeda, seorang murid bernama Sofia Lebinski (8) mengaku sangat ketakutan saat penembakan terjadi. "Semua orang gemetar," tuturnya. Menurut Sofia, begitu suara tembakan terdengar, gurunya yang bernama Martin langsung mengunci ruang kelas dan menelepon polisi.
Di sisi lain, para orangtua murid yang mendengar kabar mengerikan tersebut langsung berbondong-bondong datang ke sekolah. Mereka panik dan khawatir dengan anak-anak mereka yang bersekolah di sekolah tersebut.
Seorang orangtua menceritakan kisah putranya yang berusia 6 tahun, melihat aksi pelaku menembak seorang guru. "Saat itulah ketika putra saya menarik sejumlah temannya dan berlari keluar. Dia sangat berani. Dia bahkan menunggu teman-temannya," ucap Robert Licata.
Menurut Licata, si pelaku tidak mengucapkan sepatah katapun saat beraksi.
Sementara itu, pemandangan tak terduga dilihat oleh seorang murid bernama Philip (10). Menurut sang ibu, Melissa Makris, putranya melihat sesosok tubuh manusia ditutupi selimut ketika dia berusaha lari keluar sekolah.
Anak-anak yang bersekolah di SD Sandy Hook rata-rata berusia 5-10 tahun. Bagi anak-anak dengan usia tersebut, aksi penembakan semacam itu tentu menimbulkan trauma mendalam.
Seperti dilansir news.com.au, Sabtu (15/12/2012), anak-anak korban selamat menceritakan pengalaman mengerikan mereka. Vanessa Bajraliu yang berusia 9 tahun dan duduk di kelas 4 SD mengaku mendengar suara tembakan dari kelasnya.
"Saya melihat ada polisi - banyak sekali polisi di lorong sekolah dengan membawa senjata. Polisi membawa kami keluar sekolah. Kami diminta saling bergandengan tangan dan menutup mata kami. Kami baru membuka mata ketika sudah ada di luar," tutur Vanessa.
Kakak laki-laki Vanessa, Mergim Bajraliu (17) yang kebetulan bersekolah di SMA Newtown yang tidak jauh dari SD Sandy Hook, juga mengaku mendengar tembakan. Mergim langsung bergegas ke sekolah adiknya dan dia pun melihat seorang siswa perempuan digotong keluar dengan kondisi luka parah. Seorang anak lainnya bahkan berdarah di bagian wajah.
Mergim langsung mencari adiknya dan membawa pulang sang adik dari lokasi.
Alexis Wasik (8) yang duduk di kelas 3 SD, menuturkan polisi memeriksa seluruh orang yang ada di dalam sekolah sebelum membawa mereka keluar. "Kami harus berjalan bersama-sama," terang gadis kecil ini.
Sedangkan Brendan Murray (9) yang juga duduk di kelas 4 SD, mengakui dirinya bersama di ruang olahraga bersama dengan seluruh teman sekelasnya dan sang guru. Dia mengaku mendengar banyak suara tembakan. Menurut Murray, sang guru memasukkan murid-muridnya ke dalam sebuah gudang kecil dan mereka bersembunyi di sana selama 15 sebelum polisi menemukan mereka dan meminta mereka keluar gedung.
"Banyak yang menangis," ucapnya.
Seorang murid laki-laki lainnya menceritakan bagaimana dirinya nyaris terkena peluru sebelum sang guru menariknya ke dalam ruang kelas. "Suaranya seperti orang sedang menendang pintu," ucap si anak menjelaskan suara tembakan yang didengarnya.
Tidak jauh berbeda, seorang murid bernama Sofia Lebinski (8) mengaku sangat ketakutan saat penembakan terjadi. "Semua orang gemetar," tuturnya. Menurut Sofia, begitu suara tembakan terdengar, gurunya yang bernama Martin langsung mengunci ruang kelas dan menelepon polisi.
Di sisi lain, para orangtua murid yang mendengar kabar mengerikan tersebut langsung berbondong-bondong datang ke sekolah. Mereka panik dan khawatir dengan anak-anak mereka yang bersekolah di sekolah tersebut.
Seorang orangtua menceritakan kisah putranya yang berusia 6 tahun, melihat aksi pelaku menembak seorang guru. "Saat itulah ketika putra saya menarik sejumlah temannya dan berlari keluar. Dia sangat berani. Dia bahkan menunggu teman-temannya," ucap Robert Licata.
Menurut Licata, si pelaku tidak mengucapkan sepatah katapun saat beraksi.
Sementara itu, pemandangan tak terduga dilihat oleh seorang murid bernama Philip (10). Menurut sang ibu, Melissa Makris, putranya melihat sesosok tubuh manusia ditutupi selimut ketika dia berusaha lari keluar sekolah.
sumber : detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar