Biadab! Perampok Sikat Harta & Perkosa Ibu Guru...

Kutai - Seorang ibu guru di Kutai Kartanegara, Kaltim dirampok dan diperkosa 5 pelaku di rumahnya. Saat Baca Lagi ...

Perkosa & Bunuh Bocah 3 Tahun, Pria India Dihukum...

New Delhi, - Seorang pria berusia 56 tahun divonis mati oleh pengadilan India karena memperkosa dan Baca Lagi ...

Check In Bareng Dua ABG, Ketua RT Ditemukan Tewas...

JAKARTA - Jajat Sudrajat (48), ditemukan tak bernyawa di Hotel Rio, Jl. Jatinegara Timur 2 No. 7, Baca Lagi ...

Inilah Pesaing Terberat Indonesia di ajang Pemilihan...

JAKARTA - Inilah Ji Dan Xu, 22, wanita cantik bermata rada sipit asal China yang disebut-sebut bakal jadi Baca Lagi ...

Lebih Dari 100 Makam Dirampok, Jasadnya Digunakan...

Porto-Novo - Lebih dari 100 makam di sebuah kompleks kuburan di Benin, Afrika Barat dibongkar dan dirampok Baca Lagi ...

Kacauuuuuu ..... Beda RI dan Zimbabwe dalam Mengganti 1.000 Menjadi 1

Kamis, 08/12/2011 12:39

Pecahan 10 Juta Zimbabwe
Jakarta - Indonesia merencanakan untuk melakukan redenominasi mata uang dari Rp. 1000 menjadi Rp. 1. Hal ini dilakukan sebagai bentuk efisiensi dan proses penyederhanaan rupiah agar lebih bernilai.

Negara Zimbabwe sendiri ternyata sudah melaksanakannya mulai 1 Agustus 2010. Tak tanggung-tanggung, Bank Sentral Zimbabwe meredenominasi dengan mengubah uang 10 miliar dolar Zimbabwe menjadi 1 dolar Zimbabwe atau menghilangkan 10
angka nol. Apa beda RI dan Zimbabwe?

Juru Bicara BI Difi Johansyah mengungkapkan terdapat perbedaan kasus redenominasi yang dilakukan Zimbabwe dan RI.

"Zimbabwe ini terjadi hyperinflation yang buruk dimana bank sentral dipaksa mencetak uang berlebih," ungkapnya kepada detikFinance di Jakarta, Kamis (8/12/2011).

Jumlah uang beredar yang tinggi, sambung Difi mengakibatkan spiral efek dimana masyarakatnya tidak nyaman memegang uang sebagai alat tukar. Oleh sebab itu dilakukanlah redenominasi. "Namun apa yang  terjadi yakni ternyata negara tersebut gagal dalam melakukan redenominasi," tegasnya.

"Bagaimana Indonesia? Kita melakukan studi redenominasi bukan karena hyperinflation. Justru karena inflasi yang membaik dan didukung oleh stabilitas perekonomian matang," terangnya.

BI yakin redenominasi rupiah tidak akan mengalami nasib tragis layaknya dolar Zimbabwe. Kegagalan negara Zimbabwe dalam melakukan redenominasi beberapa waktu yang lalu disebabkan oleh tidak terkendalinya tingkat inflasi.

"Disiplin fiskal tinggi sekali di Indonesia. Saat ini uang dicetak sesuai dengan kondisi perekonomian sesungguhnya tidak berlebih," kata Difi.

Seperti diketahui Gubernur Bank Sentral Zimbabwe Gideon Gono beberapa waktu lalu mengatakan kebijakan redenominasi ini dilakukan untuk membantu masyarakat keluar dari hiper inflasi yang terjadi di negara tersebut.

"Dolar Zimbabwe diredenominasi menjadi 1 sampai 10 dolar, yang artinya menghilangkan 10 angka nol dalam nilai nominal uang. Jadi uang 10 miliar dolar Zimbabwe diubah menjadi 1 dolar Zimbabwe mulai 1 Agustus 2010," tutur Gideon seperti dikutip dari Reuters.

Namun para analis merasa pesimistis dengan rencana ini. Mereka menilai kebijakan redenominasi ini tidak akan bisa mengakhiri kehancuran ekonomi negara tersebut yang disebabkan inflasi maha tinggi yaitu sebesar 2,2 juta persen. Ini merupakan inflasi tertinggi di dunia karena keterbatasan suplai makanan dan uang valas.

"Kebijakan ini (redenominasi) hanya sebuah jalan keluar untuk menghilangkan banyaknya angka nol dalam mata uang mereka. Namun kebijakan ini tidak mengatasi akar dari masalah," ujar konsultan ekonomi John Robertson.

Menurutnya, permasalahan yang dihadapi oleh negara tersebut adalah kelangkaan arus dana masuk atau investasi dari luar.

Di Zimbabwe tiap hari harga terus meroket, dan inilah yang menyebabkan inflasi di negara tersebut sangat tinggi. Ini yang mendorong bank sentral Zimbabwe mengeluarkan uang kertas pecahan 100 miliar dolar Zimbabwe.

Gideon Gono pada pertengahan 2006 pernah melakukan kebijakan redenominasi dengan menghilangkan 3 angka nol pada mata uangnya. Hal ini dilakukan hanya untuk mempermudah masyarakat agar tidak perlu membawa tumpukan besar uang untuk belanja. Namun langkah ini ternyata mendorong kenaikan harga barang yang sangat tajam.

Bahkan yang lebih mencengangkan, pada bulan Juli lalu, pemerintah Zimbabwe diam-diam menaikkan gaji para pekerja menjadi rata-rata 2 triliun dolar Zimbabwe. Untuk menaikkan daya beli masyarakatnya. Tapi ternyata gaji tersebut hanya cukup untuk membiayai ongkos 10 kali perjalanan mereka bekerja atau hanya untuk membeli delapan potong roti saja.

sumber : detik

Berita Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar