Kamis, 19 April 2012 11:49
Presiden Sudan Omar al-Bashir |
Ketegangan antara Sudan dan Sudan Selatan terus memanas belakangan ini terkait sejumlah persoalan seperti perbatasan dan penguasaan jalur minyak di antara kedua negara.
Sudan Selatan sendiri merupakan negara yang baru merdeka dan lepas dari kekuasaan Sudan sejak Juli tahun lalu.
Pemerintah yang berkuasa di wilayah itu sebagaian besar merupakan mantan pemberontak yang tergabung dalam Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan (SPLM).
Presiden Sudan al-Bashir sangat membenci kelompok SPLM dan menyebutnya sebagai serangga yang harus dimusnahkan.
Pertikaian kedua negara ini dilaporkan telah meluas ke sejumlah wilayah dan banyak yang khawatir perang besar akan terjadi di kawasan itu jika pertikaian tidak bisa diselesaikan.
Pertempuran pertama terjadi delapan hari lalu saat Sudan Selatan merebut ladang minyak Heglig yang
sebelum kemerdekaan negara itu berada dalam wilayah Sudan.
sebelum kemerdekaan negara itu berada dalam wilayah Sudan.
Selasa lalu pertempuran kembali pecah di wilayah Aweil, Sudan Selatan, sekitar 160 km sebelah barat Heglig.
Sejumlah laporan menyebutkan Sudan Selatan tidak pernah mengklaim Heglig sebagai wilayahnya saat perundingan kemerdekaan setahun lalu sehingga Sudan merasa wilyaha Heglig adalah masih merupakan milik mereka
Akibat pertempuran itu Tentara Sudan Selatan mengatakan 22 tentaranya tewas .
Di Sudan, Presiden Omar al-Bashir terus menyampaikan kecamannya tehadap langkah agresif Sudan Selatan dalam menjaga wilayah yang mereka klaim.
Dia menuding SPLM sebagai biang pertikaian di kawasan perbatasan kedua negara.
"Kita mengatakan bahwa ini sudah seperti penyakit, penyakit bagi kita dan warga Sudan Selatan. Tujuan utama kita saat ini adalah membebaskan mereka dari serangga-serangga itu dan menghancurkan mereka semua. Semoga Tuhan mengizinkan niat kita," kata al-Bashir yang menyebut SPLM sebagai sekelompok serangga.
Komentar dalam pidato al-Bashir terdengar seperti deklarasi perang terhadap Sudan Selatan.
Militer Sudan juga dilaporkan sudah bersiap untuk melakukan serangan balasan Jumat (20/04) besok.
Sementara itu kubu Sudan Selatan meminta agar persoalan ini segera diselesaikan denggan menggelar sebuah perundingan.
"Kami hanya bisa memecahkan masalah ini lewat pembicaraan melalui Uni Afrika," kata Menteri Informasi Sudan Selatan, Barnaba Marial Benjamin.
Pada Selasa lalu utusan khusus internasional untuk Sudan mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa kedua belah pihak saat ini pemikirannya sudah terpaku pada logika perang.
Pertikaian sepekan terakhir merupakan yang terburuk sejak Sudan Selatan merdeka tahun lalu.
sumber : MICOM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar