Biadab! Perampok Sikat Harta & Perkosa Ibu Guru...

Kutai - Seorang ibu guru di Kutai Kartanegara, Kaltim dirampok dan diperkosa 5 pelaku di rumahnya. Saat Baca Lagi ...

Perkosa & Bunuh Bocah 3 Tahun, Pria India Dihukum...

New Delhi, - Seorang pria berusia 56 tahun divonis mati oleh pengadilan India karena memperkosa dan Baca Lagi ...

Check In Bareng Dua ABG, Ketua RT Ditemukan Tewas...

JAKARTA - Jajat Sudrajat (48), ditemukan tak bernyawa di Hotel Rio, Jl. Jatinegara Timur 2 No. 7, Baca Lagi ...

Inilah Pesaing Terberat Indonesia di ajang Pemilihan...

JAKARTA - Inilah Ji Dan Xu, 22, wanita cantik bermata rada sipit asal China yang disebut-sebut bakal jadi Baca Lagi ...

Lebih Dari 100 Makam Dirampok, Jasadnya Digunakan...

Porto-Novo - Lebih dari 100 makam di sebuah kompleks kuburan di Benin, Afrika Barat dibongkar dan dirampok Baca Lagi ...

Dibajak, George Aditjondro Rugi Rp 18 Miliar

Jumat, 29 Juli 2011 | 10:49 WIB

YOGYAKARTA - Penulis buku "Membongkar Gurita Cikeas di Balik Kasus Bank Century", George Junus Aditjondro, mengalami kerugian Rp 18 miliar akibat pembajakan buku itu.

Direktur Penerbit Galang Press Julius Felicianus di Yogyakarta, Kamis, mengatakan, kerugian akibat pembajakan buku karya George Junus Aditjondro tersebut mencapai Rp 18 miliar karena ada 18 seri buku bajakan "Membongkar Gurita Cikeas di Balik Kasus Century" yang beredar di pasaran.

Ia mengatakan, para pembajak buku tersebut menjualnya dengan kisaran harga Rp 20.000 hingga Rp 40.000 per eksemplar sejak Desember 2009 hingga April 2010.

Buku bajakan itu, menurut dia, banyak ditemukan di Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Malang, Surabaya,
Medan, Pekanbaru, dan Padang. "Kami menduga pembajakan terjadi karena masyarakat sulit mendapatkan buku ini di toko buku. Beberapa waktu lalu, sejumlah toko buku besar tidak berani menjual tanpa alasan yang jelas," katanya.

Ia mengatakan, buku kedua karya George Junus Aditjondro yang berjudul "Cikeas Kian Menggurita" juga dibajak. "Namun, Galang Press belum menghitung nilai kerugian akibat pembajakan itu," katanya.

Julius Felicianus mengatakan, jumlah buku yang dibajak untuk buku yang kedua ini lebih sedikit ketimbang buku pertama, yakni hanya satu seri buku bajakan.

Menurut dia, buku kedua yang dibajak banyak ditemukan di toko buku di Pasar Senen, Jakarta, dan beberapa pedagang asongan. "Buku kedua yang dibajak, harga buku bajakannya Rp 150.000 per eksemplar," katanya.

Jika dihitung, ujarnya, jumlah buku kedua yang dibajak dalam satu seri buku bajakan mencapai 20.000 eksemplar. Maraknya pembajakan buku karya George Junus Aditjondro menunjukkan minat masyarakat yang tinggi untuk mendapatkan buku tersebut, tetapi tidak diimbangi dengan ketersediaan barang di pasaran atau toko buku.

"Oleh karena itu, pengusaha yang ingin memperoleh keuntungan secara cepat memanfaatkan kondisi ini dengan memperbanyak buku bajakan," katanya.

Ia mengatakan, ciri buku bajakan yang beredar di pasaran adalah halaman tidak lengkap, halaman depan buku tidak jelas, dan terdapat kesalahan penulisan nama penulis. "Buku bajakan itu dibuat dalam bentuk format fotokopi dengan kualitas halaman buku yang tidak jelas," katanya.

Julius mengatakan, masyarakat perlu mewaspadai buku bajakan karena sering disalahgunakan. Akibat pembajakan ini, George Junus Aditjondro tidak hanya rugi materi, tetapi juga rugi nonmateri. "Materi atau isi buku bajakan banyak yang tidak bisa dipertanggungjawabkan karena tidak sesuai dengan yang asli," katanya.

Sementara itu, penulis buku tersebut, George Junus Aditjondro, mengatakan, pembajakan terjadi karena masyarakat kesulitan mendapatkan buku karyanya itu. "Jika peredaran buku lancar, masyarakat tidak kesulitan untuk mendapatkan buku ini, dan pembajakan bisa ditekan," katanya.

Ia mengatakan, pembajakan menunjukkan kemalasan dari pengusaha, tetapi ingin cepat untung, dan akhirnya merugikan para penerbit buku.

 
sumber :  kompas

Berita Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar