Jumat, 30 Desember 2011 | 14:09
WNI yang Tewas di Somalia Seorang Dokter
Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih - with ilustrasi penembakan v/g: yan andie |
Selain Kace, terdapat pula seorang warga negara Belgia bernama Philippe Havet (53). Keduanya tewas saat terjadi serangan penembakan di markas mereka di Mogadishu, Somalia. Philippe adalah seorang koordinator yang telah bertugas di sejumlah negara. Adapun Kace, sebelum bertugas di Somalia, pernah ditugaskan di
Etiopia dan Thailand.
Etiopia dan Thailand.
MSF menyatakan duka yang mendalam atas tewasnya dua tenaga medis ini.
"Kami sangat berduka dengan peristiwa ini, serta akan sangat merindukan Philippe dan Kace. We are deeply shocked by this tragic event and we will greatly miss Philippe and Kace. Simpati dan dukacita kami kepada keluarga dan rekan-rekan," demikian seperti dirilis dalam situs web MSF.
Sebelumnya, seperti dilansir AFP, warga Indonesia yang dilaporkan ditembak mengalami luka parah di bagian paha. Peluru yang menembus paha menimbulkan pendarahan hebat sehingga ia tak tertolong.
"Korban kedua meninggal di rumah sakit ketika dokter mencoba untuk menyelamatkannya," ungkap Dumiya Ali, Deputi Direktur RS Medina, kepada AFP.
Pasukan keamanan Somalia telah menangkap pria yang melakukan penembakan. Seorang polisi mengidentifikasi penyerang sebagai karyawan MSF Somalia yang mungkin baru dipecat.
MSF menyatakan, peristiwa penembakan itu terjadi di dalam markas mereka di Mogadishu. Staf lokal MSF mengatakan bahwa pria bersenjata itu, seorang staf logistik, sempat berselisih dengan perusahaan. Ia kembali dengan membawa senjata ke bangunan itu pada hari Kamis.
Menkes Kecam Penembakan Dokter Indonesia di Somalia
JAKARTA - Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengecam penembakan seorang dokter asal Indonesia di Mogadishu, Somalia, Kamis (29/12/2011). Endang mengatakan, seorang pekerja kesehatan terbebas dari segala tindakan kekerasan ketika bertugas di daerah konflik.
Ia mengungkapkan, dokter yang belakangan diketahui bernama Andrias Karel Keiluihu (44) itu, tidak berangkat ke Somalia melalui Kementerian Kesehatan. Menurutnya, seorang dokter memang tidak perlu mendapatkan izin dari Kementerian Kesehatan ketika hendak pergi ke negara lain terkait tugas kemanusiaan.
"Dia boleh pergi atas nama sendiri atau NGO (LSM). Tidak perlu ada izin," kata Endang, kepada para wartawan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (30/12/2011).
Endang mengatakan, saat ini Kementerian Kesehatan tidak mengirim relawan medis ke Somalia. Namun, pihaknya akan menelusuri lebih jauh dokter yang menjadi korban penembakan tersebut.
Andrias, yang biasa disapa Kace, bekerja untuk organisasi bantuan medis internasional Medecins Sans Frontiers (MSF). Kepastian bahwa Kace turut menjadi korban bersama seorang tenaga medis berkebangsaan Belgia, Philippe Havet, disampaikan MSF melalui situs webnya, Kamis (29/12/2011). Keduanya menjadi korban setelah terjadi penembakan di kantor MSF di Mogadishu, Somalia.
Kace sendiri telah bekerja untuk MSF sejak tahun 1998. Sebelum ke Somalia, ia pernah bertugas di Ethiopia dan Thailand. Sebelumnya, seperti dilaporkan AFP, Kace mengalami luka parah di bagian paha. Peluru yang menembus paha menimbulkan pendarahan hebat sehingga ia tak tertolong.
"Korban kedua meninggal di rumah sakit ketika dokter mencoba untuk menyelamatkannya," ungkap Dumiya Ali, Deputi Direktur RS Medina kepada AFP.
Pasukan keamanan Somalia telah menangkap pria yang melakukan penembakan. Seorang polisi mengidentifikasi penyerang sebagai karyawan MSF Somalia yang mungkin baru dipecat.
MSF menyatakan, peristiwa penembakan itu terjadi di dalam markas mereka di Mogadishu. Staf lokal MSF mengatakan bahwa pria bersenjata itu, seorang staf logistik, sempat berselisih dengan perusahaan. Ia kembali dengan membawa senjata ke bangunan itu pada hari Kamis.
sumber : kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar